OPINI: Menjadi Ibu Adalah Perjalanan Memeluk Diri Sendiri

Salsabila

Deteksifakta.com — Perempuan tercipta dengan berbagai kompleksitas yang melekat pada dirinya. Perjalanan kualitas hidupnya hampir mayoritas diukur dengan kultur yang terbentuk di sekelilingnya.

Secara kodrati, perempuan (ibu) dianugerahi suatu hal ajaib yang hampir tak bisa dicerna oleh logika secara spesifik. Bagaimana bisa seorang ibu mampu melewati kondisi menstruasi, melahirkan, dan menyusui?

Kita perlu menyadari, perempuan-perempuan di setiap generasi terus bertumbuh mengikuti arus pengetahuan dan juga terus membawa kodrat yang Tuhan berikan untuk senantiasa melekat pada dirinya.

Dunia juga terus berputar, memberikan berbagai kesempatan, dan wadah untuk perempuan dapat berdiaspora memainkan peran yang ingin ia jalani dalam mengarungi hidup, tak terkecuali seorang Ibu.

Namun, segala perubahan dan kemudahan yang tersaji dewasa ini tidak lantas membuat perempuan tak memiliki gejolak atau problematika yang hampir merenggut kewarasan.

Kita tidak lagi bertarung dengan narasi patriarkal bahwa perempuan cukup “macak, manak, dan masak”, tetapi beban ganda antara domestik dan publik menjadi soal baru yang perlu perhatian dari lingkup terdekat.

Situasi publik merupakan domain atau wilayah kebutuhan perempuan era kini. Salah satu aktivis gender bernama Nurul Hidayati dalam Jurnal Muwazah No 2, Vol 7, 2015 menyampaikan, “Masuknya perempuan ke wilayah publik disebabkan berbagai faktor antara lain: pendidikan perempuan yang semakin tinggi, sehingga meningkatkan kemampuan mereka untuk bersaing dengan laki-laki di sektor publik; karena keinginan untuk maju dan berkembang; karena adanya tuntutan zaman yang memang sudah berubah dan, karena alasan meningkatkan eksistensi diri. Alasan yang paling klasik, khususnya bagi keluarga miskin, adalah, untuk mendapatkan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.”

Tingginya kesadaran perempuan untuk terus mengembangkan diri meskipun kultur tidak pernah berpihak pada mereka seutuhnya, membuat perempuan (Ibu) tumbuh sebagai salah satu manusia yang rentan mengalami berbagai permasalahan psikologis.

Hal demikian tidak serta merta cukup kita komparasikan dengan kualitas keimanan semata-mata, tetapi mengharuskan adanya evaluasi menyeluruh terkait beban ganda yang melekat pada dirinya.

Pasalnya, mengelola seluruh tugas domestik sudah cukup menguras tenaga, dan akan ditambah lagi dengan beban publik yang ia geluti.

Narasi basi yang kerap menyita semangat pekerja perempuan adalah narasi yang membanding-bandingkan pertumbuhan dan kepiawaian masing-masing perempuan dalam melakoni setiap kegiatan yang ia jalani.

Perlu diketahui bahwa karakter setiap generasi berbeda, tak terkecuali perempuan. Masing-masing individu tumbuh dengan kompleksitas masing-masing periode. Tak ada satu hal pun yang bisa dibanding-bandingkan.

Salah satu hadis menarik yang disampaikan oleh Ali Bin Abi Thalib adalah “Didiklah anak sesuai dengan zamannya, karena ia tidak hidup di zamanmu”. Hal tersebut dapat kita cermati untuk digunakan sebagai bekal membersamai perjalan anak-anak kita kelak.

Tidak mudah menjadi manusia yang terus belajar. Tidak mudah membawa diri sendiri untuk selalu bertahan. Tidak mudah menjadi perempuan yang terus berusaha mewujudkan impian.

Namun, seluruh hal yang kita alami adalah sebuah kenyataan bahwa perempuan meskipun telah menjadi seorang Ibu, namun tetap memiliki daya dan hak untuk terus meningkatkan kualitas taraf hidup dan menjadi seorang individu yang berdikari.

Patutnya pengabdian perempuan terhadap suami dan keluarganya, tak dijadikan sebuah boomerang untuk menyerang setiap langkah progresifnya menjadi padam.

Patutnya kodratnya tak disandingkan dengan kultur-kultur domestik yang sebenarnya bisa dikerjakan bersama untuk mewujudkan relasi yang adil dan setara. Sebab, kemampuan multitasking yang melekat pada dirinya kerap dicadangkan sebagai kunci keteraturan dalam keluarga.

Perempuan tidak rumit untuk dijelaskan, tanpa diketahui sering kali ia memeluk dirinya sendiri hanya untuk menyuapi kultur-kultur sialan yang harus hidup di pundaknya. (*)

Penulis: Mutiara Salsabila

Disclaimer: Deteksifakta.com tidak bertanggungjawab atas kandungan tulisan. Opini sepenuhnya dikembalikan kepada sang penulis. Bila Anda komplain, silahkan hubungi penulis.

Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *