OPINI: Mahasiswa Modern antara Ekspektasi dan Kenyataan

Ben
Achmad Fawzy Hasan

Deteksifakta.com — Zaman ini, sebut saja era modern, kita berhadapan dengan tantangan yang beda. Nyaris seluruh aktivitas kita, bergeser dari dunia alami ke dunia digitalisasi.

Pergeseran tersebut dialami oleh mayoritas masyarakat, tak terkecuali mahasiswa. Tantangan ini, sangat mungkin melunturkan tugas dan fungsi mahasiswa.

Bila berkaca pada masa lalu, kita menemukan bahwa peran mahasiswa, sangat sentral dalam mengatasi dinamika dan berbagai problem kebangsaan di indonesia.

Mulai dari keikut-sertaan mahasiswa dalam perjuangan kemerdekaan indonesia, sebagai pejuang dan juga konseptor kemerdekaan. Selain itu, kita juga ingat masa pergerakan mahasiswa tahun 1966. Mereka melakukan afiliasi dengan pihak militer dalam menumpas PKI.

Dilanjutkan Pada tahun 1974, ketika militer mulai menjadi alat penindas rakyat, mahasiswa yang mulanya bekerja sama dengan militer, justru berkonfrontasi dengan mereka. Saat itu, gelombang perlawanan bermula sejak dinaikkannya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dianggap menyengsarakan rakyat.

Selain itu, isu pemberantasan korupsi juga dengan lantang digalakkan oleh mahasiswa. Mereka mendesak agar pemerintah lebih tegas dalam menjerat koruptor yang terdiri dari pejabat – pejabat pemerintahan saat itu.

Melalui pergerakan inilah, muncul suatu gerakan yang disebut “Mahasiswa Menggugat”, yang dimotori oleh Arif Budiman dan Hariman Siregar. Gerakan ini menyuarakan isu korupsi dan kenaikan BBM.

Gerakan paling besar yang takkan pernah luput dari ingatan mahasiswa adalah gerakan mahasiswa tahun 1998. Gerakan ini dipicu oleh gejolak krisis moneter di seluruh dunia, hingga membuat kondisi perekonomian di Indonesia terguncang hebat.

Hal tersebut ditandai dengan naiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menembus Rp 17.000/Dolar. Dengan semua problem mengejutkan itu, mahasiswa akhirnya melancarkan gerakan aksi besar-besaran, setelah sebelumnya mengalami mati suri yang cukup panjang.

Gerakan pada masa itu dimulai ketika 20 mahasiswa UI yang mendatangi gedung MPR/DPR RI. Mereka dengan tegas menolak pidato pertanggung-jawaban presiden, yang disampaikan melalui sidang umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional kepada MPR.

Dengan berbagai contoh perjuangan mahasiswa diatas, kita berharap, mahasiswa zaman ini dapat mengambil nilai-nilai dari perjuangan tersebut dan menerapkannya di masa ini.

Hari-hari ini, mahasiswa menghadapi tantangan yang bersifat internal. Yaitu, tantangan kesadaran. Akibat perkembangan teknologi, Mahasiswa larut dalam kehidupan maya, hingga lupa perannya.

Mahasiswa terlihat tidak lagi menghayati peran dan fungsinya dalam dunia kemahasiswaan. Padahal, Peran dan fungsi mahasiswa, selalu menjadi materi penting yang turun di setiap agenda-agenda kaderisasi.

Apakah pola kaderisasi yang harus di renovasi, agar nilainya releated dengan kehidupan mahasiswa, dan sesuai arus zaman ? Agaknya, nafas Mahasiswa, butuh Oksigen baru. Sebab tidak semua Mahasiswa jadi cerdas, hanya dengan dicekoki kalimat “saya dulu Dinda”!!!

Dari 100% mahasiswa hanya 20% yang paham 5% pejuang 15% ikut arahan aja!!!

Mahasiswa dengan imbuhan “maha” yang berarti Ter-, masih menempel di kata mahasiswa itu. Tapi, sadar atau tidak, kita mungkin sudah digeser arus zaman, sehingga nilainya tidak lagi ditemukan, tidak lagi dihayati. Kita menjadi kerdil.

Padahal, kita tahu secara bersama bahwa Pendidikan, Penelitian, Pengabdian adalah semacam jalan hidup bagi manusia yang terdaftar di kampus swasta atau negeri dan mengikuti semester berjalan.

Agent of Change, Moral Force, Social Control adalah manusia yang sadar akan hak dan tanggung jawab serta peka pada kondisi apapun. Dan itulah hakikat mahasiswa. Tanpa itu, kita mungkin hanya mahasiswa.

Fawzy Hasan (Mahasiswa IAIN Palopo)

Lalu, bagaimana mahasiswa di tengah arus modern ini?

Sebelum itu, deteksifakta.com perlu menawarkan informasi kepada kalian tentang dunia modern.

Ben

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *